Friday, 13 September 2013

Kisah Perjalanan Baginda Rasulullah Shallallahu 'alaihi Wasallam Ke Thaif

Ketabahan Menghadapi Kesusahan Dan Cobaan Demi Agama
Kita bukan saja tidak dapat menahan kesusahan dan penderitaan sebagaimana penderitaan baginda Rasulullah Shallallahu 'alahi wasallam dan para sahabat beliau dalam Menyebarkan agama ini, bahkan keinginanuntuk melakukannya pun sudah merupakan hal yang sulit bagi kita. kisahkehidupan mereka telah banyak ditulis dalam kitab-kitab tarikh (sejarah), namun jangankan untuk mengamalkannya, untuk mengetahuinya pun kita tidak sanggup bersusah payah.

dalam aktikel selanjutnya akan di ceritakan beberapa kisah Sahabat sebagai contoh . Namun, kisah-kisah tersebut akan diawali dengan kisah  Baginda Rasullullah Shallallahu 'alaihi Wasallam Sendiri, karena dengan menceritakan kisah beliau akan mendatangkan keberkahan, Amin !!!

Berikut Kisahnya.

Selama sembilan tahun, sejak masa kerasulan, Baginda Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wasallam telah berusaha menyampaikan ajaran islam dan mengusahakan ajaran Islam dan mengusahakan hidayah serta perbaikan kaumnya di Makkah. Namun, kebanyakan orang-orang Makkah selalu menyakiti, memperolok-olok, dan berbuat semena-mena terhadap Baginda Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam dan para sahabat, kecuali sekelompok kecil orang yang sudah masuk
Islam dan beberapa orang yang selalu membantu beliau walaupun belum masuk Islam.

Paman Baginda Nabi Shallallahu 'alaihi Wasallam, Abu Thalib, termasuk orang yang baik hatinya, meskipun belum masuk Islam. dia selalu membantu Baginda Nabi Shallallahu 'alaihi Wasallam dalam segala bentuk. pada tahun kesepuluh kenabian, ketika Abu Thalib meninggal dunia, kaum kafir mendapat kesempatan untuk mencegah perkembangan Islam dan menyakiti kaum Muslimin secara lebih leluasa.

Baginda Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam pun pergi ke Thaif yang didiami kabilah Tsaqif yang berjumlah besar, dengan harapan apabila Kabilah tersebut masuk Islam, kaum Muslimin akan terbebas dari berbagai penderitaan dan Thaif akan menjadi pondasi penyebaran agama. setibanya di Thaif, Baginda Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam langsung menemui tiga orang yang ditokohkan. Beliau berbicara dengan mereka, mengajak mereka kepada agama Allah Subhanahu Wata'ala, dan agar mereka mau membantu Baginda Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam . Akan tetapi, mereka bukannya menerima atau paling tidak berlaku sopan kepada tamu yang baru datang, sebagaimana adat Bangsa Arab yang terkenal dengan memuliakan tamu, bahkan mereka tanpa basa basi menyambut Beliau dengan sikap dan akhlak yang sangat buruk, bahkan mereka pun tidak rela Baginda Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam tinggal disitu. Padahal, orang yang dianggap sebagai tokoh seharusnya berbicara dengan sopan dan berakhlak mulia.

Salah seorang diantara mereka berkata, "Oh, kamukah orang yang diutus oleh Allah sebagai Nabi?" yang kedua berkata "apakah Allah tidak menemukan orang selain kamu untuk diutus sebagai Rasul?", yang ketiga berkata, "aku tidak mau berbicara dengan kamu. Sebab, jika kamu memang seorang Nabi seperti pengakuanmu, lalu aku menolakmu tentu aku tidak lepas dari musibah. Jika kamu pembohong maka aku tidak akan bicara dengan pembohong." Akan tetapi, Baginda Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam mempunyai hati yang begitu teguh laksana sebuah batu karang. Beliau tidak berputus asa dan terus berusaha untuk mendekati masyarakat umum, tetapi tidak seorangpun yang mau mendengarkan Beliau. Jangankan menerima bahkan mereka menghardik, " tinggalkan segera kota kami! Pergilah kemana kamu suka! ".

Ketika Baginda Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam sudah tidak dapat mengharapkan mereka dan bersiap-siap untuk kembali, maka mereka menyuruh anak-anak kota Thaif membuntuti Baginda Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam . Mereka lalu mengganggu, mencaci, dan melempari Baginda Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam dengan batu sehingga sendal Beliau berlumuran darah. Dalam keadaan seperti itulah Baginda Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam  meninggalkan Thaif. Di tengah perjalanan, tatkala sudah merasa aman dari gangguan anak-anak nakal itu, Beliau berdoa kepada Allah Subhnahu WaTa'la :
"Ya Allah, aku adukan Kepada-Mu lemahnya kekuatanku, habisnya upayaku, dan kehinaanku dalam pandangan manusia. Wahai yang Maha Penyayang melebihi sekalian penyayang, Engkaulah Tuhan orang-orang yang tertindas. Dan Engkaulah Tuhanku. Kepada siapakah Engkau serahkan diriku ? Kepada orang asing yang  akan memandangku dengan muka masam atau kepada musuh yang Engkau kuasakan kepadanya segala urusanku ?  Tiada keberatan bagiku, asalkan Engkau tidak murka kepadaku. Perlindungan-Mu sudah cukup bagiku. Aku berlindung Kepada-Mu dengan Nur Dzat-Mu yang menyinari segala kegelapan, dan dengannya menjadi baik segala urusan dunia dan akhirat, aku berlindung dari turunnya kemarahan-Mu kepadaku atau kemurkaan-Mu kepadaku. Aku sanggup berbuat apa saja, sehingga Engkau ridha. Tiada daya dan upaya melainkan dengan-Mu."

Allah Subhanahu Wata'ala penguasa seluruh alampun memperlihatkan keperkasaan-Nya dan mengutus Malaikat Jibril Alaihi salam untuk datang memberi salam kepada Beliau dan berkata, "Allah Subhanahu Wata'ala  mendengar ucapanmu dan jawaban kaummu, dan mengutus kepadamu Malaikat penjaga gunung agar siap melaksanakan apapun perintahmu kepadanya." Malaikat penjaga gunung itupun datang dan memberi salam kepada Baginda Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam seraya berkata, "apapun yang Engkau perintahkan akan kulaksanakan. Bila engkau sukai, akan kubenturkan gunung-gunung yang ada disekitar kota ini sehingga siapa saja yang tinggal diantaranya akan hancur binasa. Atau apapun hukuman yang engkau inginkan. " Baginda Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam yang bersifat penyayang dan mulia ini menjawab, " Aku hanya berharap kepada Allah Subhanahu Wata'ala, seandainya saat ini mereka tidak menerima Islam, semoga kelak diantara keturunan mereka akan lahir orang-orang yang menyembah dan beribadah kepada Allah Subhanhu Wata'ala."


Faidah
Demikian akhlak Baginda Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam yang mulia. Kita mengaku sebagai pengikutnya, namun ketika sedikit kesulitan atau celaan menimpa kita, kita langsung marah, bahkan menuntut balas seumur hidup. Kezhaliman, sambil kita terus mengaku sebagai umat Baginda Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam. Meskipun mengalami penderitaan dan kesusahan yang berat, Baginda Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam tidak berdoa buruk dan tidak menuntut balas. 
   




No comments :

Post a Comment